Parenting Jadi Ajang Introspeksi Diri dalam Mendidik Anak: Membangun Sinergi Sekolah dan Orang Tua

TROBOS.CO | Lumajang – Sebanyak 142 wali murid Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tempeh Lor, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, antusias mengikuti kegiatan parenting yang digelar di Masjid Attaqwa, Tempeh.

Kepala Sekolah, Muhammad Ali, menjelaskan bahwa kegiatan parenting ini bertujuan membangun kebersamaan dan sinergi antara pihak sekolah dan wali murid.

“Kalau diperlukan, kami akan adakan parenting yang lebih menarik lagi,” ujarnya, disambut setuju para wali murid.

Kegiatan ini menghadirkan Pimpinan Redaksi Trobos.co, Suharyo A.P., sebagai narasumber dengan materi bertema “Menyiapkan Anak Hebat, Generasi Emas yang Berkarakter.”

Parenting dari Zaman ke Zaman

Dalam pemaparannya, Suharyo menjelaskan bahwa konsep parenting sebenarnya telah ada sejak zaman prasejarah dan terus berevolusi seiring perkembangan peradaban.

“Manusia menyiapkan generasi penerus agar bisa bertahan hidup dengan cara melatih mereka mengikuti kebiasaan orang tuanya,” jelasnya.

Jika orang tuanya seorang pemburu, maka anak akan dilatih berburu. Jika orang tuanya nelayan, anaknya pun dilatih menjadi nelayan yang tangguh.

Menurutnya, pola asuh dan pendidikan anak kini berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang tua dituntut melatih anak agar terbiasa berpikir dan bertindak maju.

Istilah “parenting” sendiri berasal dari bahasa Latin “parere” yang berarti menghasilkan, mengembangkan, atau mendidik, menggambarkan esensi pengasuhan yang sudah ada sejak dahulu kala.

Kini, parenting dikemas lebih modern dan sistematis dengan dukungan teknologi untuk menyelaraskan peran orang tua dan pihak sekolah.

Anak Hebat, Generasi Berkarakter

Suharyo menekankan, tujuan utama parenting adalah menyelaraskan pelayanan terhadap anak di sekolah dan di rumah. Dalam lembaga pendidikan keagamaan, hal ini dikaitkan dengan keteladanan orang tua agar anak memperoleh ilmu sekaligus adab.

Nilai-nilai karakter yang ditanamkan antara lain:

  1. Jujur (Sidiq) — Kejujuran adalah mahkota kehidupan. Sekali runtuh, sulit ditegakkan kembali seperti menegakkan benang basah.

  2. Amanah — Anak harus dilatih menjadi pribadi yang bisa dipercaya, karena di situlah esensi kehidupan.

  3. Transparan (Tabligh) — Menyampaikan kebenaran dan hidup dengan kejujuran dalam keseharian.

  4. Cerdas (Fathanah) — Anak dilatih agar cerdas secara intelektual, emosional, sosial, ekonomi, fisik, spiritual, dan religius.

Peran Orang Tua dalam Teladan

Agar tujuan parenting tercapai, orang tua harus menjadi teladan utama di rumah.
Mereka diharapkan menciptakan suasana rumah yang tenang, aman, nyaman, dan jauh dari kekerasan, baik verbal maupun fisik.

“Rumah seharusnya menjadi tempat yang menenangkan seperti surga, bukan suasana neraka bagi anak,” tegas Suharyo.

Anak juga perlu dibiasakan menjalankan ajaran agama, seperti salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan berzikir bersama keluarga.

Jika anak menunjukkan perilaku nakal, orang tua disarankan lebih banyak berdoa dan memaafkan, bukan memarahi.

Hal yang sama juga diterapkan guru di sekolah — memberikan nasihat dengan cara bijak, misalnya menasihati dari belakang, agar anak merasa dihargai dan tidak merasa dimarahi.

Dialog dan Evaluasi

Sesi terakhir kegiatan diisi dengan dialog interaktif antara wali murid dan narasumber.
Beberapa wali murid mengungkapkan kebingungan menghadapi perilaku anak yang berbeda antara di rumah dan di sekolah.

Acara berlangsung hangat dan penuh keakraban, diakhiri dengan harapan agar kegiatan serupa dapat rutin diselenggarakan oleh pihak sekolah.

Redaksi/Trobos.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *