trobos.co – Osteoporosis membatasi gerak fisikku, tapi tidak membatasi jiwaku untuk mengembara jauh melalui tulisan.
Awalnya, tulisanku hanya sebatas curhatan di buku harian. Namun, suatu ketika terlintas dalam benak: mengapa tidak berbagi kisah dengan dunia? Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bahwa seberat apapun ujian hidup, kita bisa melewatinya dengan semangat dan doa, berbekal keyakinan serta Bismillah.
Tulisan perdanaku berupa cerpen berjudul “Duka di Dalam Buku Harian” yang berhasil dimuat di Tabloid Sakinah Lumajang. Menyusul kemudian artikel-artikel sederhana, hingga akhirnya beberapa buku berhasil kuterbitkan. Karya-karyaku sebagian besar berupa kumpulan puisi.
Tentu, perjalanan ini tidak mudah. Aku harus tertatih, jatuh bangun, bahkan berdarah-darah demi kebangkitan dari keterpurukan. Ketika masih menjalani terapi pemulihan osteoporosis, aku kembali diuji. Ayahku wafat pada Februari 2004, disusul ibuku dua bulan kemudian.
Seakan luka batinku semakin dalam, lebih perih dari sekadar sakit fisik. Namun, manusia hanya bisa menerima kenyataan. Seperti pepatah, “usaha tidak akan mengkhianati hasil.”
3. Perjalanan Sendiri Pertama Kali, 2015
“Ora pareng ndhisiki kersaning Gusti Allah” (tidak boleh mendahului kehendak Allah). Dulu, aku sempat berpikir tak akan bisa pergi jauh karena sakitku. Namun, Allah Maha Membolak-balikkan keadaan.
Pada 2015, untuk pertama kalinya aku memberanikan diri bepergian seorang diri dari Lumajang ke Jakarta. Bayangkan, seorang Kartini Ayu dengan keterbatasan fisik, naik bus malam sendirian menuju Taman Ismail Marzuki (TIM). Rasanya sungguh gila, tapi aku ingin melihat langsung tempat berkumpulnya para seniman Indonesia.
Setahun kemudian, Oktober 2016, doa itu terkabul. Aku mendapat undangan tampil di panggung puisi bersama 200 penyair se-Indonesia dan 7 negara. Subhanallah, tiada yang mustahil bagi Allah.
4. Merambah ke Dunia Puisi Internasional
Puisi telah mengalir dalam darahku. Dunia puisi membuatku bangkit dari keterpurukan akibat osteoporosis, menjadi sumber semangat hidup yang baru.
Berawal dari grup-grup kepenulisan puisi, aku mendapat kesempatan tampil di berbagai kota di Indonesia, hingga ke Kuala Lumpur, Malaysia. Aku terpilih sebagai salah satu dari lima penyair Indonesia untuk menghadiri Seminar dan Panggung Puisi Internasional.
Seperti mimpi, tapi nyata. Seorang Kartini Ayu dari kota kecil Lumajang, tanpa pernah mengenyam bangku kuliah, bisa duduk sejajar dengan penyair kelas dunia. Subhanallah.
Banyak pelajaran yang kudapat: ilmu bertambah, sahabat dari berbagai negara, hingga kesempatan berkeliling kota—semua disokong para sponsor. Inilah bukti kuasa Allah, menjadikan yang mustahil menjadi mungkin.
“Semakin dalam kita terpuruk dalam kesedihan, maka semakin tinggi kita melompat menuju kebangkitan.”
Oleh: Kartini Ayu W.
Bionarasi
Kartini Ayu W., lahir di Lumajang, 10 April, di lingkungan Markas TNI AD Yonif 515. Pendidikan terakhir di SMKN 1 Lumajang, jurusan Perkantoran.
Karya-karyanya antara lain:
-
Cerpen Duka di Dalam Buku Harian (Tabloid Sakinah Lumajang, 2000)
-
Antologi puisi Genta Sukma (2011)
-
Antologi puisi Buatmu Abang Becak (2012)
-
Kumpulan puisi tunggal Jingga Sebelum Terbenam (2012)
-
Rengenge Sukma Perawan (2013)
-
Sungai Bukit dan Langit (2015)
-
Rujakan (2017)
-
Trinayaka (2018)
-
Antologi puisi ASEAN Hompimpa (2018)
-
Numera Bersayap (2018)
-
Dandani Luka-luka Tanah Air (2021)
-
Kumpulan puisi tunggal Masih Ada Embun di Negeriku (2022)
Kontak: 0812-3511-8450