Orang Tua Sebagai Idola Anak: Membangun Teladan, Cinta, dan Generasi Kuat Sejak Dini

TROBOS.CO – Dalam sebuah acara parenting, seorang trainer meminta dua siswa SMA maju ke depan. Kepada keduanya, ia bertanya, “Apakah orang tuamu menjadi idola bagimu?”
Kedua anak itu menggeleng. Artinya, bagi mereka, orang tua bukanlah sosok idola.

Pertanyaan sederhana ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi kita semua sebagai orang tua. Jika pertanyaan yang sama diajukan kepada anak-anak kita, kira-kira apa jawabannya?

Harapan setiap orang tua tentu ingin menjadi panutan dan kebanggaan bagi anak-anaknya. Namun, menjadi idola bagi anak tidak cukup hanya karena telah melahirkan, merawat, membesarkan, dan menyekolahkan mereka.

Lebih dari itu, orang tua harus menjadi teladan hidup—sosok yang menginspirasi dengan keikhlasan, kesungguhan, pengorbanan, doa, serta ikhtiar tanpa henti.

Anak bukan sekadar anggota keluarga, melainkan amanah Allah yang harus dijaga dan dididik dengan sepenuh hati. Kepada merekalah kita mengenalkan Allah, menanamkan ajaran agama, serta membiasakan amal saleh agar tumbuh menjadi pribadi yang utuh, beriman, dan istiqamah.

Orang tua menjadi role model utama dalam kehidupan anak-anaknya.

Jangan Tinggalkan Generasi Lemah

Al-Qur’an mengingatkan, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah…” (QS. An-Nisa: 9).

Yang dimaksud “lemah” di sini bukan hanya lemah fisik, tetapi juga lemah iman, lemah ilmu, lemah amal, dan lemah ekonomi. Karena itu, pembekalan sejak dini menjadi sangat penting agar mereka tumbuh kuat dan berdaya.

Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim).

Anak harus dilatih hidup disiplin, santun, dan lembut sejak kecil. Mereka perlu diajarkan menghormati orang lain dan mendengarkan nasihat dari yang lebih tua.

Sebaliknya, orang tua dilarang menggunakan kekerasan, baik secara ucapan maupun fisik. Rasulullah menegaskan, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”

Rumahku Surgaku

Anak-anak perlu merasakan suasana rumah yang penuh kasih sayang—tempat yang benar-benar menjadi “surga kecil”.

Rumah yang surgawi dapat tercipta dengan beberapa hal:

  1. Tidak ada kekerasan dalam ucapan maupun tindakan.
  2. Anak merasa aman dan tenteram secara batin. Orang tua santun dan agamis.
  3. Anak tumbuh sehat secara psikologis, dengan suasana yang damai dan penuh cinta.
  4. Kehidupan sehari-hari diwarnai nilai-nilai keagamaan, seperti salat berjamaah dan membaca Al-Qur’an.

Dengan begitu, rumah benar-benar menjadi tempat yang menumbuhkan generasi kuat—baik iman, ilmu, maupun akhlaknya.

Penulis Siti Rohmah ibu rumah tangga tinggal di Bandung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *