TROBOS.CO – Andinda Gustika Hatta, cucu dari Bung Hatta Sang Proklamator, tentu menyadari bahwa setiap ucapanmu memiliki dampak besar. Nama besar kakekmu bukan sekadar kebanggaan, melainkan amanah sejarah yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.
Belakangan ini, ucapanmu terkait penggunaan istilah “penculik” dalam tragedi 1998 terdengar terburu-buru. Ingat, dinda, pada saat itu usiamu baru sekitar empat tahun—masih kanak-kanak yang belum memahami arti gejolak politik, makar, dan tragedi bangsa. Bagaimana mungkin engkau dengan yakin menuding peristiwa sebesar itu hanya berdasarkan potongan cerita atau narasi yang belum utuh?
Hati-hatilah, dinda. Jangan mudah melontarkan kata-kata yang berpotensi menjadi fitnah. Kasihanilah kakekmu, Bung Hatta, yang telah berjuang mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan bangsa ini. Beliau menjaga bangsa dengan akhlak mulia, kesederhanaan, dan kehati-hatian dalam bersikap.
Jika engkau sembrono berbicara, bukan hanya namamu yang tercoreng, tetapi juga martabat Bung Hatta akan ikut terbawa. Jangan sampai nama besar keluarga proklamator dipakai untuk melontarkan tuduhan tanpa dasar. Itu bukanlah warisan yang patut dilanjutkan.
Yang seharusnya engkau lakukan adalah meneladani nilai kejujuran, kehati-hatian, dan kebijaksanaan kakekmu. Ingatlah, setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban, baik di dunia maupun di akhirat.
Maka, izinkan saya menegaskan sebuah nasehat:
“Hati-hati, dinda. Jangan asal bicara. Jangan mudah menuduh. Sebab lisan bisa lebih tajam dari pedang, dan dapat melukai lebih dalam daripada peluru.”
Pelajarilah sejarah dengan jernih, bukan dengan emosi dan narasi sepihak. Dengan begitu, engkau akan dikenal bukan hanya sebagai cucu Bung Hatta, tetapi juga sebagai penerus yang menjaga kehormatan keluarga proklamator.
Penulis:
Muhammad Khoirul Anam – Pemerhati Sosial dan Politik, Lumajang, Jawa Timur