TROBOS.CO – Cinta bukan sekadar birahi, apalagi sekadar nafsu. Cinta memiliki cakupan yang luas dan makna yang mendalam.
Ada cinta horizontal, yaitu cinta terhadap sesama manusia dan alam sekitar. Ada pula cinta vertikal, yaitu cinta terhadap Tuhan. Inilah esensi sejati cinta yang sesungguhnya.
The Power of Love
Cinta memiliki kekuatan besar (The Power of Love). Ia mampu mengusir sepi, mengundang sejuta rasa, mengikat hati, menumbuhkan semangat, bahkan menjadi alasan untuk bertahan hidup.
Bentuk cinta yang paling mendasar adalah cinta pada diri sendiri. Menyayangi, merawat, dan mengasihi diri adalah wujud syukur atas karunia Allah.
Orang yang mencintai dirinya akan menjaga kesehatan tubuh. Saat sehat, ia sadar bahwa Allah telah menganugerahkan nikmat terbesar. Saat sakit, ia memahami bahwa tubuh juga punya hak untuk beristirahat, sembari mengambil hikmah dan merenungi nikmat sehat yang sering kali terlupakan.
Cinta kepada Allah
Selain cinta pada diri, puncak cinta adalah kepada Allah SWT. Hati yang penuh cinta kepada Allah akan rindu untuk sujud dan rukuk, lisannya selalu sibuk menyebut nama-Nya.
Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam mengekspresikan cinta kepada Allah. Beliau melaksanakan salat tahajud hingga kakinya bengkak karena lamanya berdiri. Ketika ditanya oleh Aisyah RA mengapa beliau melakukannya, Rasulullah menjawab, “Saya ingin menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur.”
Jika kita mencintai Allah, maka setiap detik waktu yang kita miliki akan digunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, baik dengan bekerja mencari rezeki yang halal di siang hari, maupun memakmurkan malam dengan doa, salat, dan zikir.
Cinta kepada Rasul dan Orang Tua
Selain cinta kepada Allah, kita juga harus mencintai Rasulullah SAW. Dengan kecintaan itu, kita meneladani sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Agama juga mengajarkan untuk mencintai orang tua. Salah satu wujudnya adalah doa yang terus dipanjatkan: “Ya Allah, kasihilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka mengasihiku di waktu kecil.”
Cinta yang Menumbuhkan Syukur
Cinta adalah anugerah yang harus dipelihara, dijaga, dirawat, dan dikembangkan. Dengan cinta, kita belajar bersyukur, belajar memberi, dan belajar merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Cinta bukan sekadar rasa sesaat. Ia adalah energi spiritual yang mampu mengangkat derajat manusia, menghubungkan dirinya dengan Sang Pencipta, sesama manusia, serta alam semesta.
) Oleh: Suharyo, Kontributor TROBOS.CO




