Saat Jiwa Anak Gersang, Tetesi dengan Kasih Sayang: Kunci Membangun Kecerdasan Emosional Anak

TROBOS.CO | Penulis dan pemerhati pendidikan anak, Suharyo AP, menulis buku berjudul “Menetesi Jiwa Anak dengan Kasih Sayang.” Buku ini hadir menjawab kebutuhan para orang tua yang ingin membentuk anak-anak berjiwa cerdas secara emosional dan spiritual.

Menurut Suharyo, tugas utama orang tua adalah memahami kondisi jiwa anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik — bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik atau akademik.

Fenomena yang memprihatinkan, angka kekerasan terhadap anak justru meningkat dari tahun ke tahun. Banyak orang tua yang lebih memilih jalan kekerasan daripada pendekatan lembut ketika menghadapi perilaku anak yang sulit.

Padahal, kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah. Justru, tindakan tersebut dapat membunuh karakter dan mematikan semangat anak, bahkan memicu perlawanan terhadap orang tuanya.

Rasulullah SAW menegaskan, “Sesungguhnya Allah Maha Halus dan menyukai kehalusan. Dia memberikan sesuatu dengan kelembutan, dan Allah tidak memberikan sesuatu dengan kekerasan.” (HR. Muslim)

Melalui bukunya, Suharyo mengajak orang tua untuk menetesi jiwa anak dengan kasih sayang. Ibarat batu besar yang keras, jika terus menerus ditetesi air, lama-lama akan berlubang juga. Begitu pula hati anak — kasih sayang yang konsisten mampu meluluhkan jiwa yang keras.

Kasih sayang tidak selalu berupa materi. Senyum, pelukan, pujian tulus, atau kata-kata lembut bisa menjadi “tetesan” yang menghidupkan jiwa anak.

Ketika anak mulai menunjukkan emosi tinggi, sebenarnya itu tanda bahwa jiwanya tengah haus akan kasih sayang. Di saat seperti itu, orang tua perlu menenangkan, bukan memarahi.
Dengan senyum, motivasi, atau reward kecil, suasana batin anak bisa kembali stabil.

Saat emosi anak telah tenang, itulah momen emas bagi orang tua untuk membisikkan nilai-nilai berharga — seperti empati, rasa hormat, dan keikhlasan. Dari sinilah tumbuh kecerdasan jiwa yang sejati.

Buku Menetesi Jiwa Anak dengan Kasih Sayang menjadi panduan reflektif bagi para orang tua zaman kini, agar lebih peka terhadap kebutuhan batin anak. Kasih sayang bukan sekadar perasaan, tetapi tindakan berulang yang menumbuhkan jiwa. “Sekeras apa pun hati anak, jika terus ditetesi kasih sayang, pada akhirnya akan luluh juga.” – Suharyo AP

Suharyo AP/TROBOS.CO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *