Raih Untung dari Ternak Burung Murai Medan

Trobos.co, Lumajang – Sore itu suasana di rumah Sudarminto, warga Dusun Pentungmangir, Desa Kalipepe, Kecamatan Yosowilangun, Lumajang, dipenuhi kicauan burung dari puluhan sangkar miliknya. Pria yang akrab disapa Pak Dar itu tampak sibuk merawat piaraan kesayangannya.

Awal Mula Tertarik Burung

Pak Dar menuturkan dirinya mulai menekuni hobi burung sejak 10 tahun lalu. Saat itu ia membeli sepasang murai medan berprestasi seharga Rp10 juta.
“Burung yang saya beli ini memang mahal, karena pernah menang di berbagai kontes,” ujarnya.

banner 336x280

Tak disangka, burung tersebut cepat bertelur dan menetaskan empat anakan. “Saya sangat senang karena belum lama beli, sudah melahirkan empat generasi baru,” kenangnya.

Rutinitas Perawatan

Pak Dar asyik dengan burung peliharaannya. (Foto Zainal Abidin/Trobos.co)

Setiap pagi sebelum berangkat kerja, Pak Dar menyempatkan memberi “treatment” bagi burungnya. Pakan utama berupa jangkrik dan voer, sementara siang hari ditambah kroto, ulat kandang, dan cacing.

  • Kroto diberikan 1,5 ons per hari untuk burung siap bertelur.

  • Cacing diberikan seminggu dua kali, masing-masing dua ekor.

  • Jangkrik diberikan 16 ekor untuk sepasang burung.

Kini, jumlah burung yang ia rawat mencapai 38 betina dan 20 jantan, dengan biaya pakan sekitar Rp2 juta per bulan.

Potensi Keuntungan Besar

Menurut perhitungannya, setiap betina dapat menetaskan dua anakan. Jika 38 betina bertelur bersamaan, ia bisa memanen sekitar Rp15,2 juta sekali periode panen.
“Memang jarang semua bertelur bersamaan, tapi keuntungannya tetap lumayan,” jelasnya.

Harga anakan burung murai medan bervariasi:

  • Usia 8 hari: Rp250–350 ribu per ekor.

  • Usia 1–2 bulan (sudah mandiri): bisa mencapai Rp1 juta per ekor.

Pemasaran Lancar

Pak Dar mengaku tak kesulitan menjual hasil ternaknya. Bahkan, burung yang baru berusia dua hari sudah ada peminat. Jika anakan lebih dari 10 ekor, biasanya ada pedagang dari Sidoarjo atau Malang yang datang membeli.

Kendala Ternak

Meski menguntungkan, usaha ini tak lepas dari kendala. Burung yang kelebihan lemak akibat pakan berlebih cenderung sulit bertelur, sehingga perlu dijemur agar sehat. Selain itu, asap pembakaran sampah bisa membuat burung gelisah.

Setahun sekali, burung juga mengalami mabung atau rontok bulu selama 2–3 bulan, sehingga dalam masa itu tidak bisa bertelur.

“Kalau ditekuni serius, ternak burung ini sangat menjanjikan,” pungkas Pak Dar.

(Zainal Abidin/Trobos.co)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *