TROBOS.CO | Setiap orang tua tentu mendambakan buah hatinya tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia lahir batin. Namun, bagaimana cara terbaik mendidik dan merawat anak agar kelak menjadi pribadi unggul?
Dimulai Sejak Dini
Sejumlah studi ilmiah menunjukkan bahwa proses membentuk anak cerdas sudah dimulai sejak dalam kandungan, masa balita, hingga memasuki usia pertumbuhan. Artinya, peran orang tua tidak hanya sebatas menyediakan kebutuhan fisik, tetapi juga harus memberi perhatian penuh pada perkembangan mental dan emosional anak.
Sentuhan Kasih Sayang
Menurut pakar psikologi anak, sentuhan jiwa orang tua—misalnya dalam bentuk kasih sayang, pelukan, atau belaian—mampu mendorong perkembangan otak secara maksimal. Interaksi antara ibu dengan bayi, sekecil apa pun, berdampak besar bagi pertumbuhan fisik sekaligus kesehatan mental anak.
Hal ini sejalan dengan ajaran agama. Salah satunya adalah tentang pentingnya menyusui. Al-Qur’an menganjurkan ibu menyusui bayinya hingga dua tahun, dan penelitian membuktikan bahwa menyusui memberi stimulasi visual serta melatih perkembangan otak anak.
Manfaat Menyusui
Saat bayi dipindahkan dari payudara kiri ke kanan, ia mendapat sudut penglihatan yang berbeda. Hal ini melatih otak anak untuk mengenali, mengingat, sekaligus membangun ikatan emosional dengan ibunya. Selain itu, ASI adalah sumber nutrisi terbaik untuk pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan daya tahan tubuh anak.
Sayangnya, banyak ibu modern memilih memberi susu formula karena alasan praktis. Padahal, interaksi langsung saat menyusui memberikan manfaat luar biasa: anak belajar mengenal suara, sentuhan, serta ekspresi ibunya. Kebiasaan ini juga membantu perkembangan aspek kognitif, seperti kepekaan terhadap lingkungan, pengolahan informasi, hingga pengendalian emosi.
Stimulus Spiritual
Studi ilmiah juga menunjukkan bahwa mendengarkan lantunan Al-Qur’an memberi pengaruh besar pada kecerdasan anak. Keindahan bahasa Al-Qur’an, keluarnya huruf-huruf dari tempat bunyi yang berbeda, hingga ritme bacaannya, semua memberi impuls yang kaya untuk otak anak.
Kesimpulan
Maka, rebutlah jiwa anak sejak dalam kandungan hingga masa balita dan remaja. Sentuhan kasih sayang, nutrisi terbaik, interaksi penuh makna, serta stimulus spiritual akan menjadi bekal berharga yang memantik lahirnya generasi sehat, bahagia, dan cerdas.
(Mariatul Qibtiyah, ibu rumah tangga tinggal di Malang)





