Komentar Pembaca TROBOS.CO Tentang Sosok Qori’ Almarhum Ustaz Masfi’i Al-Farabi

TROBOS.CO | Tulisan Sdr. Sodiq Syarif di TROBOS.CO tanggal 6 November 2025 tentang sosok qori asal Lumajang, almarhum Ustaz Masfi’i Al-Farabi, rupanya memantik banyak komentar penuh kenangan dan nostalgia dari para pembaca.

Komentar tersebut datang dari para santri, sahabat, serta kolega yang pernah berguru atau berjuang bersama beliau dalam dunia dakwah dan pendidikan Al-Qur’an.

banner 1280x716

Salah satu komentar datang dari Ibu Khoirun Nisa, pengurus pengajian ibu-ibu PP Al-Huda, yang pernah menjadi murid almarhum.

“Alhamdulillah… dulu saya murid beliau selama dua tahun (1981–1982). Waktu itu beliau mengajar di Madrasah Kota,” tulis Ibu Nisa.

“Sayangnya saya murid yang paling tidak bisa karena napas saya pendek, jadi ghoyah-nya kurang. Dua tahun belajar belum juga bisa, akhirnya berhenti. Tapi tahun 2015 saya jadi pengurus masjid Al-Huda dan bertemu lagi dengan beliau yang saat itu mengajar ibu-ibu jamaah masjid.”

Beliau juga menambahkan bahwa Ustaz Masfi’i dikenal sabar dan telaten dalam mengajar jamaah ibu-ibu.

“Alhamdulillah kami sempat menjenguk beliau beberapa kali ketika dirawat di RSU Lumajang, termasuk saat terakhir di ICU. Al-Fatihah untuk almarhum Ustaz Masfi’i,” tulisnya.

Kesaksian lain datang dari sahabat dekat beliau, Ustaz Atim Afiyanto, S.Pd.I. Ia mengenang almarhum sebagai sosok paling ikhlas yang pernah ia kenal.

“Almarhum Ustaz Masfi’i Al-Farobi adalah orang paling ikhlas yang saya kenal,” ujar Ustaz Atim.

Ia menuturkan pengalaman berkesan saat almarhum pertama kali mengajar qiraah di sebuah mushola di Jalan Veteran, Lumajang.

“Waktu itu, kyai pengasuh mushola berpesan agar beliau rutin datang setiap minggu. Istrinya juga berpesan: ‘Pak, openono santri-santri mushola iki.’

Selama tiga tahun mengajar qiraah, mushola yang dulunya hanya berdinding gedhek dengan penerangan lampu obliq berubah menjadi mushola gedongan. Bahkan, santri-santrinya berhasil membentuk grup samroh yang kemudian menjadi kebanggaan warga sekitar.

“Saat peresmian mushola, istri beliau bercerita: ‘Pak, ingat waktu pertama kali sampean ngajar qiroah di mushola ini? Sampean cuma dikasih sangu Rp 85, jumlah santri 17 orang, tiap orang Rp 5.’

Rupanya, sebelum almarhum datang, sudah ada tiga ustaz lain yang sempat mengajar qiraah di mushola tersebut, tetapi semuanya hanya datang sekali dan tidak pernah kembali.

“Itulah mengapa sang kyai berpesan agar beliau datang rutin. Dan almarhum membuktikan keikhlasannya, mengajar tanpa pamrih sampai mushola itu berubah dan maju,” kenang Ustaz Atim.

Kisah hidup dan dedikasi Ustaz Masfi’i Al-Farabi menjadi teladan bagi banyak orang tentang keikhlasan, kesabaran, dan ketulusan dalam mengabdi untuk Al-Qur’an.

Semoga kisah dan doa dari para murid serta sahabat menjadi penerang di alam barzah bagi almarhum.
Al-Fatihah.

Redaktur TROBOS.CO

banner 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *