Ketua MUI Kota Mojokerto, Drs. H. Musta’in Razaq: Amar Makruf Nahi Munkar Kunci Kemuliaan Umat

GRESIK, Trobos.co – Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Mojokerto, Drs. H. Musta’in Razaq, M.Pd.I., hadir sebagai pemateri dalam Pengajian Ahad Pagi Majelis Tabligh PDM Kabupaten Gresik, Ahad (7/9/2025) di GDM Gresik. Tema yang diangkat kali ini adalah “Kewajiban Amar Makruf Nahi Munkar.”

Dalam ceramahnya, Ustadz Musta’in menegaskan bahwa amar makruf nahi munkar adalah ciri khas dan keistimewaan umat Islam yang menjadi penentu kemuliaannya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT pada QS Ali Imran ayat 110:

banner 336x280

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

Kewajiban Setiap Muslim

Menurutnya, amar makruf nahi munkar adalah kewajiban yang dibebankan Allah SWT kepada setiap umat Islam sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dasar kewajiban ini tertuang dalam Al-Qur’an, As-Sunnah, serta ijmak para ulama.

Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran ayat 104:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.”

Rasulullah SAW pun bersabda:

“Barang siapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim).

Pentingnya Dimulai dari Keluarga

Ustadz Musta’in menekankan, salah satu bentuk nyata amar makruf nahi munkar adalah memperkuat dakwah di dalam keluarga. Ia merujuk pada QS At-Tahrim ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”

Menurutnya, banyak persoalan rumah tangga muncul akibat kurangnya saling mengingatkan dalam keluarga. Peran suami yang membahagiakan istri dan anak menjadi kunci rumah tangga yang penuh berkah dan diridai Allah.

Dakwah dengan Lemah Lembut

Musta’in menambahkan, metode dakwah yang paling tepat adalah mauidzah hasanah atau nasihat yang baik. Dakwah, katanya, bukan dengan marah-marah atau menghardik.

“Dakwah dilakukan dengan mengajak, bukan mengejek; mendidik, bukan menghardik; menyayangi, bukan menyaingi; dan dengan empati, bukan membenci,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa Allah sangat menyukai sikap lemah lembut, sebagaimana ditegaskan dalam QS Ali Imran ayat 159.

Menjaga Lisan dan Hati

Lebih lanjut, Ustadz Musta’in menekankan pentingnya menjaga lisan dalam berdakwah. Menurutnya, lidah adalah penerjemah hati. Jika lisan terjaga, maka hati pun akan lurus dan iman semakin kokoh.

“Berdakwah harus dilandasi dengan ridha dan kesabaran. Itulah yang akan membuat pesan dakwah menyentuh hati umat,” tutupnya.

Kontributor : Mahfudz Efendi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *