TROBOS.CO | Ada satu kalimat dalam Al-Qur’an yang mampu menampar kesadaran kita lebih keras dari seribu nasihat:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
(Surah Yunus: 44)
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusialah yang menzalimi diri mereka sendiri.”
Ayat ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga cermin paling jujur bagi manusia yang sedang berjuang memahami arti hidup.
Kita sering merasa dunia tidak adil — doa terasa menggantung di langit, rezeki seolah menjauh, harapan kandas, dan usaha tak dihargai.
Kita pun bertanya: “Ya Allah, kenapa semua terasa berat?”
Namun ayat ini menjawab dengan lembut namun tegas:
“Bukan Allah yang menzalimi, tapi manusialah yang menzalimi diri sendiri.”
Allah Tidak Pernah Salah, Manusia yang Sering Keliru
Menurut Ibnu Katsir, ayat tersebut bermakna:
“Allah hanya membalas manusia sesuai dengan dosa mereka, dan tidak menghukum tanpa sebab.”
(Tafsir Ibnu Katsir)
Allah tidak pernah mengambil sesuatu tanpa hikmah.
Dia tidak menahan rezeki kecuali agar kita belajar sabar.
Dia tidak menunda doa kecuali agar kita lebih dekat.
Dia tidak memberi ujian kecuali untuk membersihkan jiwa yang mulai lelah oleh dunia.
Firman Allah tentang Sebab dan Akibat
-
An-Nisa (4): 79
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu adalah dari (kesalahan) dirimu sendiri.”
Artinya, segala kebaikan berasal dari Allah, sedangkan keburukan muncul dari perbuatan kita sendiri. -
Asy-Syura (42): 30
“Dan apa pun musibah yang menimpa kamu, itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (kesalahan).”
Bahkan setelah kita salah, Allah masih memaafkan banyak, karena kasih sayang-Nya selalu mendahului murka-Nya.
Hadits yang Menguatkan
-
Hadits Qudsi (HR. Muslim):
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian. Maka janganlah kalian saling menzalimi.”
Allah mustahil berbuat zalim. Maka, jika hidup terasa tidak adil, jangan tergesa menyalahkan Tuhan — mungkin cara kita membaca hidup yang keliru. -
Hadits Riwayat Ahmad & At-Tirmidzi:
“Tidak akan mati seorang pun di antara kalian sampai sempurna ajalnya dan sampai ia memperoleh apa yang telah ditetapkan untuknya. Maka bertakwalah kepada Allah dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki.”
Pesannya jelas: takdir tidak pernah salah alamat.
Kalau belum sampai, bukan karena Allah lupa — tapi karena waktunya belum tiba.
Petuah Ulama dan Hikmah Salaf
-
Ibnul Qayyim رحمه الله:
“Kezaliman terbesar adalah ketika manusia menzalimi dirinya sendiri dengan bermaksiat kepada Tuhannya.”
(Madarij As-Salikin)
Dosa bukan sekadar pelanggaran, tetapi kezaliman terhadap diri — karena ia memadamkan cahaya hati dan menjerat jiwa dalam gelapnya penyesalan. -
Imam Al-Ghazali:
“Kezaliman terhadap diri adalah ketika hati dibiarkan gelap tanpa cahaya zikir, padahal Allah telah menyediakan jalan terang melalui taubat dan doa.”
Banyak yang tidak sadar, kesepian batin dan kecemasan jiwa bukan karena dunia kejam, tapi karena menjauh dari sumber cahaya-Nya. -
Hasan Al-Bashri:
“Wahai anak Adam, jangan menyalahkan takdirmu, karena yang menulisnya lebih tahu apa yang terbaik untukmu.”
Sebelum menyalahkan dunia atau takdir, tanyakanlah pada diri sendiri:
Apakah aku benar-benar dizalimi keadaan, atau justru aku yang sedang menzalimi diriku sendiri?
Allah tidak pernah salah menulis takdir.
Kitalah yang sering salah membacanya.
Terkadang, cara Allah mencintai kita adalah dengan mematahkan rencana yang salah.
Dia biarkan kita kecewa agar kita belajar bahwa bahagia sejati tak selalu datang dari apa yang kita inginkan, melainkan dari apa yang kita butuhkan untuk kembali kepada-Nya.
Allah tidak menzalimi siapa pun.
Tetapi manusia sering menzalimi dirinya sendiri — dengan dosa, kelalaian, dan ketidaksabaran membaca takdir-Nya.
Maka berhentilah menyalahkan jalan hidupmu.
Karena setiap luka, setiap tunda, setiap kehilangan — semua itu sedang menuntunmu pulang kepada-Nya.
Kang Muhid
Penulis buku, tinggal di Lingkungan Pesantren El Kisi Mojokerto









