Trobos.co –
Setiap orang ingin merasakan ketenangan jiwa. Tapi terkadang yang dirasakan sebaliknya.
Yang menyelimuti perasaan gundah, gelisah, cemas, was-was bahkan takut.
Buku berjudul jiwa yang damai karya Suharyo AP setebal 334 halaman dapat menjadi renungan untuk mengobati jiwa. Mungkin ini salah satu solusi.
Pada cover buku tersebut ditulis orang yang tekun beragama jiwanya pasti damai.
Setiap ada masalah direnungkan dalam dalam. Dia menyadari bukan hanya dirinya yang menghadapi masalah. Orang lain juga.
Yang penting dalam jiwa orang tersebut ada sebuah keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti datang.
Jadi semua orang ingin baik, itu pasti. Tetapi realitas sering bicara lain.
Banyak orang yang sudah hati-hati mengisi lembaran hidup ternyata langkahnya keliru, terperosok ke dalam jurang kehidupan yang dalam dan gelap.
Menghadapi kenyataan ini hati terasa sakit, harga diri jatuh, dan masa depannya tak jelas, kacau balau.
Akhirnya ada yang tidak sabar. Mengambil jalan pintas. Mmmengakhiri hidup secara tragis, bunuh diri. Na’udzubillah min dzalik.
Orang yang demikian itu lazimnya hatinya jauh dari Allah. hatinya gelap. Tak ada penyuluh.
Begitu ada masalah, langkahnya gontai. Ingin cepat mengakhiri hidup.
Ini fenomena dunia. Setiap negara maju angka bunuh diri cenderung naik. Padahal bunuh diri bukan menyelesaikan masalah.
Justru awal dari masalah besar yang harus dihadapi manusia untuk mempertanggungjawaban perbuatannya di hadapan Allah.
Berbeda dengan orang yang tekun dalam beragama. Setiap ada persoalan, direnungkan dalam-dalam.
Dia yakin di sana pasti ada jawaban. Yang punya masalah bukan hanya dirinya. Orang lain juga diterpa masalah. Bahkan lebih berat.
Tetapi orang lain berupaya tetap tenang. Mengadukan persoalan yang dihadapi kepada Ilahi sebagai ujung pencarian dan solusi atas semua persoalan.
Orang beriman yakin di saat suasana genting secercah harapan datang. Allah pasti memberi pertolongan. (*)