TROBOS.CO | Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) memainkan peran penting dalam peringatan Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober di Indonesia. Hal ini karena ICMI memandang pendidikan keagamaan yang berkualitas, integratif, dan responsif terhadap perkembangan zaman sebagai fondasi utama kemajuan umat dan bangsa.
ICMI percaya bahwa pendidikan Islam yang berkualitas menjadi kunci bagi santri untuk berkontribusi lebih besar dalam pembangunan nasional. Pendidikan yang berorientasi pada inovasi dan modernisasi menjadi sarana penting menghadapi tantangan di era digital.
Peringatan Hari Santri oleh pemerintah merupakan bentuk penghargaan atas kontribusi santri dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan identitas bangsa. ICMI, sebagai organisasi cendekiawan Muslim, memiliki hubungan erat dengan semangat tersebut melalui misinya dalam mengembangkan intelektualitas dan spiritualitas masyarakat Islam Indonesia.
Tema Hari Santri 2025: “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”
Tema ini memiliki hubungan erat dengan ICMI, terutama dalam konteks peran intelektual Islam dalam pembangunan bangsa dan peradaban global. Keterkaitan itu dapat dijelaskan melalui empat pilar utama berikut:
1. Visi Kebangsaan dan Peradaban
Baik Hari Santri maupun ICMI berangkat dari semangat yang sama: menyatukan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan untuk membangun peradaban yang maju dan beradab.
-
Hari Santri menegaskan peran santri dalam menjaga kemerdekaan dan moral bangsa sejak Resolusi Jihad 1945.
-
ICMI, yang didirikan oleh B.J. Habibie pada tahun 1990, memiliki visi menjadikan umat Islam Indonesia sebagai motor kemajuan peradaban modern yang berakar pada iman, ilmu, dan akhlak.
Keduanya berkontribusi pada proyek besar peradaban Islam Indonesia yang toleran, inklusif, dan berilmu.
2. Ilmu, Teknologi, dan Etos Santri-Cendekia
ICMI menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar kemajuan umat. Pandangan ini sejalan dengan transformasi peran santri masa kini:
-
Santri modern tidak hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga aktif dalam bidang sains, ekonomi, dan teknologi.
-
ICMI berperan sebagai wadah bagi santri-cendekia yang berkiprah di universitas, lembaga riset, dan kebijakan publik.
Dengan demikian, santri dan cendekiawan ICMI sama-sama menjadi agen “ijtihad intelektual” yang membawa Indonesia ke panggung peradaban dunia.
3. Mengawal Indonesia Merdeka
Makna “mengawal kemerdekaan” bukan sekadar mempertahankan fisik NKRI, tetapi juga menjaga kemerdekaan berpikir, berilmu, dan berakhlak.
-
ICMI berkontribusi melalui formulasi kebijakan pembangunan nasional yang berbasis moral dan ilmu pengetahuan.
-
Santri sebagai garda moral bangsa menegakkan nilai kejujuran, keadilan, dan spiritualitas di ruang publik.
Dengan demikian, baik santri maupun cendekiawan ICMI berperan aktif menjaga agar kemerdekaan Indonesia tidak hanya bersifat politik, tetapi juga intelektual dan spiritual.
4. Menuju Peradaban Dunia
ICMI mendorong lahirnya peradaban unggul Indonesia yang berkontribusi secara global melalui penerapan konsep Islam wasathiyah (moderat) dan integrasi iman–ilmu–amal.
-
Santri berperan sebagai duta Islam rahmatan lil ‘alamin di kancah internasional melalui diplomasi budaya, pendidikan, dan teknologi.
-
ICMI menyediakan jejaring global dan kebijakan strategis agar potensi intelektual santri-cendekia dapat berkiprah di tingkat dunia.
Sinergi ini melahirkan sosok “Santri Cendekia ICMI” — insan berilmu, beriman, dan berkontribusi bagi kemanusiaan global.
Tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” sejalan dengan visi besar ICMI dalam membangun umat dan bangsa yang berilmu, berakhlak, dan berdaya saing global.
ICMI adalah wujud konkret dari semangat santri masa kini — mengawal kemerdekaan dengan ilmu, iman, dan kontribusi nyata bagi peradaban dunia.
Oleh: dr. Aliyah Hidayati, Sp.THT.BKL







