TROBOS.CO – LUMAJANG | Sebagai organisasi keagamaan tertua di Indonesia, Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912 telah menorehkan sejarah panjang dan prestasi besar dalam membangun bangsa.
Melalui ribuan lembaga pendidikan — dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, bahkan pesantren — Muhammadiyah telah menjadi pelopor peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pencetak kader pemimpin bangsa.
Salah satu tokoh besar yang lahir dari rahim Muhammadiyah adalah Jenderal Soedirman, sosok legendaris yang menjadi perintis dan cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan semangat juang yang luar biasa, Soedirman meneladankan arti sejati dari cinta dan militansi terhadap bangsa dan agamanya.
Dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, Jenderal Soedirman membuktikan bahwa cinta kepada tanah air harus disertai dengan tindakan nyata. Ia berjuang bukan demi kekuasaan, tetapi demi kehormatan bangsa, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Perjuangan para pahlawan tempo dulu, termasuk peran penting pemuda dan organisasi seperti Muhammadiyah, menjadi fondasi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di masa-masa kritis itu, semangat keislaman, keikhlasan, dan pengabdian menjadi bahan bakar utama perjuangan.
Kini, nilai cinta dan militansi bermuhammadiyah bukan sekadar slogan. Ia adalah ruh yang harus terus dihidupkan oleh setiap kader, agar perjuangan para pendahulu tidak hilang ditelan zaman.
Dalam refleksi Sarasehan bertema “Meningkatkan Cinta dan Militansi dalam Bermuhammadiyah”, semangat itu kembali digelorakan. Sebab cinta kepada persyarikatan tidak cukup diucapkan — ia perlu dibuktikan melalui karya, kontribusi, dan keteladanan nyata di tengah masyarakat.
Sebagaimana pernah tampak dalam Milad Muhammadiyah di Stadion Bangkalan beberapa tahun silam, ribuan warga Muhammadiyah dari berbagai daerah hadir dalam satu semangat yang sama: menunjukkan kekuatan moral dan sosial ormas Islam yang berakar kuat di hati umat.
Show of force tersebut menjadi bukti bahwa militansi kader Muhammadiyah adalah kekuatan sosial yang nyata, yang terus memberi pengaruh positif bagi bangsa.
Di antara mereka, hadir pula Ir. Drs. H. Bambang Hidayat Sampoerno, tokoh yang turut menyaksikan betapa besar potensi gerakan Muhammadiyah dalam membangun peradaban bangsa melalui dakwah, pendidikan, dan pengabdian sosial.
Cinta dan militansi bukanlah kata-kata indah semata, melainkan panggilan sejarah — untuk terus berjuang, beramal, dan berkontribusi bagi umat dan negeri. (*)
Redaksi TROBOS.CO







