Hartanya Rp 10 Triliun, Hidupnya Amat Sederhana

Trobos.co – Namanya Shoji Uehara, pemimpin Taisho Pharmaceutical, perusahaan farmasi terbesar di Jepang. Meski menyandang status sebagai orang terkaya ke-36 di Jepang dengan harta mencapai lebih dari Rp 10 triliun, Uehara justru memilih menjalani hidup yang sangat sederhana.

Pria berusia lebih dari 80 tahun ini dijuluki “Raja Farmasi”. Namun, gaya hidupnya jauh lebih sederhana dibandingkan banyak karyawannya sendiri. Uehara tidak suka hingar-bingar dan jarang sekali muncul di publik. Penampilannya pun sama sekali tidak mencerminkan seorang eksekutif kaya raya.

banner 336x280

Tinggal di rumah sederhana dekat pabrik, ia berangkat kerja dengan berjalan kaki sambil membawa bekal biskuit dan teh untuk makan siang. Seusai kerja, ia langsung pulang ke rumah—bukan ke karaoke atau tempat hiburan sebagaimana kebiasaan banyak eksekutif Jepang. Ia juga tidak merokok atau minum minuman keras, karena lebih memilih pola hidup sehat.

Setiap bulan, Uehara menyerahkan amplop gajinya kepada sang istri. Dari jumlah itu, ia hanya mengambil sekitar 70 dolar untuk kebutuhan sehari-hari dan 70 dolar lainnya untuk membeli buku. Jika dihitung, pengeluarannya bahkan lebih kecil daripada standar hidup buruh di Indonesia—tidak sampai Rp 2 juta per bulan!

“Saya tidak punya keterikatan dengan uang,” kata Uehara. “Saya merasa tidak mendapatkan semua ini dengan kemampuan sendiri.”

Warisan dari Sang Bapak Angkat

Kisah hidupnya tak bisa dipisahkan dari Shokichi Uehara, bapak angkat sekaligus pendiri Taisho Pharmaceutical. Pada 1920-an, Shokichi merintis usaha obat non-resep di tengah suasana perang. Filosofinya jelas: “Bisnis adalah perang.” Ia dikenal berani dan keras dalam mengambil keputusan.

Sebaliknya, Shoji justru sangat berhati-hati. Meski berbeda gaya, ia berhasil mempertahankan pertumbuhan perusahaan hingga Taisho menjadi salah satu raksasa farmasi di Jepang.

Karena aturan pajak di Jepang, Shoji tidak bisa langsung mewariskan kekayaannya kepada anak atau cucunya. Sebagai gantinya, ia mendidik para ahli waris agar mampu mencari uang dengan kemampuan sendiri. Kepemimpinan perusahaan kemudian ia serahkan kepada menantunya.

Sosok Dermawan

Setelah pensiun dari Taisho Pharmaceutical, Shoji semakin dikenal sebagai sosok dermawan. Bahkan sejak masih aktif bekerja, ia sudah terbiasa membawa uang cadangan 1.000 dolar di dompet, hanya untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu diperlukan untuk beramal.

“Karena masyarakat menganggap saya orang kaya, maka saya harus memberikan sesuatu,” ujarnya.

Kekayaan triliunan rupiah tidak membuat Shoji Uehara kehilangan kesederhanaan. Justru dari hidup sederhananya, ia menunjukkan bahwa kebesaran bukan diukur dari harta, melainkan dari kerendahan hati dan kepedulian kepada sesama.

Oleh : Teguh Wahyu Utomo, penulis buku, penerjemah, dan trainer, tinggal di Surabaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *