trobos.co – Rombongan guru dari Cahaya Qur’an dan takmir Masjid Salman Al Farisi berangkat pada Jumat (5/9) pukul 17.00.
Perjalanan sempat berhenti di rest area Mojokerto untuk melaksanakan salat jamak ta’khir di Masjid Attaubah. Setelah makan malam, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, dan tiba sekitar pukul 01.00 dini hari. Para petugas kemudian mengarahkan jamaah putra ke lantai 2, sedangkan ibu-ibu ditempatkan di lantai 3.
Setelah beristirahat sejenak, rombongan bangun pukul 03.30 untuk melaksanakan salat tahajud bersama. Menariknya, tamu dari berbagai kabupaten lain juga hadir dan melaksanakan kegiatan serupa.
Saat salat Subuh, jamaah begitu membludak hingga meluber ke halaman masjid. Selain warga setempat, jamaah juga datang dari Gresik, Sidoarjo, Malang, Bandung, Lumajang, dan berbagai daerah lain.
Studi Banding ke Masjid Jogokariyan
Rombongan tamu dari berbagai daerah melakukan studi banding terkait pengelolaan Masjid Jogokariyan. Acara diawali dengan pemutaran video kegiatan masjid, mulai dari program Ramadan hingga aktivitas sosial yang begitu beragam.
Dalam kesempatan tersebut, Imam Supardi dari Biro Pembinaan Mualaf Masjid Jogokariyan menyampaikan bahwa salah satu tugas utama orang beriman adalah memakmurkan masjid.
Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan takmir adalah membangun trust atau kepercayaan masyarakat. Jika masyarakat sudah percaya, maka setiap program masjid akan mendapatkan dukungan penuh.
Sebagai contoh, ketika ada kebutuhan membangun akses menuju lantai 3, pengurus cukup membagikan foto orang tua yang kesulitan naik tangga. Lalu disampaikan bahwa untuk memasang lift hanya dibutuhkan iuran Rp15.000 per orang.
“Karena masyarakat sudah percaya, biaya sebesar Rp850 juta bisa terkumpul dalam waktu relatif singkat,” jelasnya.
Hal serupa terjadi dalam program-program lain. Begitu ada rencana yang jelas, dana masyarakat berdatangan dengan sendirinya. Karena itu, membangun kepercayaan adalah kunci utama takmir dalam menggerakkan umat untuk memakmurkan masjid.
Kultum tentang Regulasi Haji
Usai salat Subuh, kegiatan dilanjutkan dengan kuliah tujuh menit (kultum). Kali ini tema yang dibahas adalah perubahan regulasi penyelenggaraan haji.
Mulai tahun 2026, urusan haji dan umrah tidak lagi ditangani oleh Kementerian Agama, melainkan oleh Kementerian Haji dan Umrah. Menteri Haji dan Umrah dijabat oleh Muchammad Erpfandi Yusuf, dengan wakil menteri Danhil Simanjuntak.
Perubahan regulasi ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan sistem yang berlaku di Arab Saudi. Pemerintah Saudi menyambut baik langkah tersebut dan menjanjikan peningkatan kualitas pelayanan.
Dalam kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi, Presiden Prabowo Subianto bahkan mendapat kesempatan istimewa dari Putra Mahkota untuk membangun hotel dan asrama haji di tanah suci. Selain itu, Indonesia juga diberikan tiga lokasi khusus untuk kampung haji, yang letaknya dekat dengan Ka’bah meski harga tanahnya termasuk paling tinggi di dunia.
Presiden Prabowo berharap, ke depan pelayanan haji Indonesia bisa lebih murah dibandingkan Malaysia, namun kualitas pelayanannya lebih baik.
(Suharyo/Trobos.co)