TROBOS.CO – Lumajang | Puncak peringatan Milad Muhammadiyah ke-113 Kabupaten Lumajang rencananya akan digelar di Pendapa Arya Wiraraja, pada 23 November 2025 mendatang.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lumajang, dr. Halimi Maksum, M.MRS., menyampaikan bahwa acara puncak tersebut akan dihadiri oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mukti, M.Ed.
Sementara itu, Ketua Panitia Milad, Drs. Suharwoko, M.Si., menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan telah dimulai sejak Oktober 2025, diawali dengan Tabligh Akbar yang dihadiri ribuan warga Muhammadiyah se-Kabupaten Lumajang.

Sebagai narasumber, hadir Ketua PD Muhammadiyah Kota Batu, Dr. Nurbani Yusuf, M.Si., yang memberikan tausiah pencerahan seputar sejarah dan nilai-nilai perjuangan KH. Ahmad Dahlan.
“Selain pengajian, kami juga menggelar bazar UMKM sebanyak 15 stan, layanan cek kesehatan gratis yang dimanfaatkan oleh sekitar 50 jamaah, serta donor darah yang diikuti 30 peserta,” ujar Suharwoko.
Untuk memeriahkan Milad, panitia juga menyiapkan berbagai kegiatan seperti jalan santai dengan titik start dan finish di Stadion Semeru Lumajang, bazar rakyat, donor darah, serta agenda sosial lain yang melibatkan masyarakat luas.
Wakil Ketua Panitia, Ir. Nugroho Dwi Atmoko, menambahkan bahwa Pengajian Akbar pada 5 Oktober 2025 di Perguruan Muhammadiyah menjadi pembuka resmi rangkaian Milad ke-113 PDM Lumajang.
“Selanjutnya akan dilaksanakan kegiatan di PCM Randuagung pada 19 Oktober 2025. Semoga seluruh agenda berjalan lancar dan meriah,” ujarnya.
Kisah Bung Karno dan KH. Ahmad Dahlan
Dalam Tabligh Akbar tersebut, KH. Dr. Nurbani Yusuf, M.Si., mengingatkan warga Muhammadiyah tentang teladan dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah yang dikenal rendah hati, berwawasan luas, dan luwes dalam berdakwah.
“Beliau dekat dengan berbagai tokoh nasional, bahkan pemikiran KH. Ahmad Dahlan turut memengaruhi Ir. Soekarno muda,” tutur Nurbani.
Bung Karno, lanjutnya, pernah menulis buku berjudul ‘Semakin Lama Semakin Cinta Muhammadiyah’, sebagai bukti kedekatan ideologis dan spiritualnya dengan Muhammadiyah.
“Istri Bung Karno yang juga aktif di Aisyiyah-lah yang menjahit bendera Merah Putih, sementara Bung Karno sendiri membacakan teks Proklamasi. Itu bukti nyata bahwa kader Muhammadiyah berperan besar dalam sejarah bangsa,” tegas Nurbani.
Tradisi Intelektual dan Dakwah yang Luwes
KH. Nurbani Yusuf juga menekankan bahwa keunggulan Muhammadiyah terletak pada tradisi intelektual dan dialektika dakwahnya, sebagaimana pernah disampaikan oleh almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Contohnya KH. AR Fachruddin, Ketua PP Muhammadiyah empat setengah periode. Beliau sangat luas ilmunya, namun tetap luwes berdakwah,” tuturnya.
Ia menuturkan kisah menarik ketika KH. AR Fachruddin diundang Gus Dur untuk memimpin salat tarawih di sebuah masjid.
“Pak AR sempat bertanya, ini tarawih model NU atau Muhammadiyah? Jamaah menjawab: NU. Tapi setelah delapan rakaat dan jam sudah sembilan malam, Pak AR bertanya lagi. Jamaah menjawab kompak: Muhammadiyah!” kenangnya sambil tersenyum.
“Gus Dur kemudian berkomentar, malam itu Pak AR berhasil memuhammadiyahkan orang NU dalam satu malam,” ujar Nurbani disambut tawa jamaah.
Pesan Dakwah: Jangan Mudah Mengkafirkan
Menutup tausiahnya, KH. Nurbani Yusuf mengingatkan agar warga Muhammadiyah tidak mudah membid’ahkan atau mengkafirkan sesama umat Islam.
“Perbedaan kecil dalam salat — seperti cara duduk atau urutan tangan dan lutut — tidak perlu diperdebatkan, karena semuanya memiliki dasar. Jangan merasa paling benar sendiri,” tegasnya.
Menurutnya, dakwah Muhammadiyah harus cerdas, santun, dan berorientasi pada kemaslahatan umat, sebagaimana diajarkan KH. Ahmad Dahlan.
“Kalau semua berpikir seperti itu, insyaallah dakwah Muhammadiyah akan terus diterima di hati masyarakat,” pungkasnya. (*)
Suharyo/Trobos.co







