Kenangan Bersama Almarhum Ustad Muiz: Keluarga Qurani yang Kini Telah Tiada

TROBOS.CO | Lumajang – Empat puluh hari sudah kepergian Ustad Muiz Nawawi, sosok qori sekaligus hafidz yang dikenal luas di kalangan pegiat tilawah Al-Qur’an. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam, terutama bagi sahabat dan murid-muridnya di berbagai daerah.

Jurnalis dan sahabat lamanya, Shodiq Syarif, mengisahkan pertemuan terakhir dengan almarhum pada ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Jawa Timur di Jember, 15 September 2025.
“Pertemuan itu tidak sengaja, di alun-alun Jember malam hari. Hampir 15 tahun kami tak bersua karena tinggal di kota berbeda. Ternyata, pertemuan itu menjadi kenangan terakhir,” ujarnya mengenang.

banner 1280x716

Ustad Muiz adalah putra bungsu dari empat bersaudara keluarga besar almarhum Ustad Nawawi Qodir, tokoh qiroah legendaris Lumajang. Sejak kelas 6 SD, ia telah kehilangan ayahnya, namun semangat belajar Al-Qur’an terus ia lanjutkan di bawah bimbingan sang kakak, Mb Wiwik dan Mas Athoillah.

Bakatnya semakin berkembang ketika nyantri di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, di mana ia juga memperdalam tahfidz di bawah asuhan KH Yusuf Mazhar, pengasuh Madrasatul Qur’an. Dari sinilah Cak Muiz—sapaan akrabnya—menjalani tiga amanah besar: menghafal Al-Qur’an, mengembangkan seni tilawah, dan menyelesaikan kuliah di kampus Tebuireng.

“Alhamdulillah, ketiganya bisa dilalui dengan lancar dan sukses,” tutur Shodiq, mengenang cerita sahabatnya itu.

Meski dikenal luas sebagai qori dan hafidz berprestasi, Ustad Muiz tetap bersikap rendah hati. Dalam perbincangan lewat pesan singkat, ia kerap memberikan data dan semangat kepada Shodiq untuk menulis profil para qori berprestasi dari Lumajang agar tidak dilupakan generasi penerus.

“Siapa lagi yang mau menulis kiprah qori dan qoriah kalau bukan wartawan yang pernah jadi qori, Cak. Semoga Cak Shodiq selalu sehat,” begitu pesan terakhirnya yang masih diingat jelas oleh Shodiq.

Kabar duka datang tiba-tiba. Menurut keterangan kemenakannya, Milla Kurniah, almarhum sempat terlihat sehat meski memiliki riwayat diabetes. Namun, pada pagi hari sebelum wafat, beliau terjatuh di kamar mandi dan tidak sadarkan diri. Saat dibawa ke RSU Jombang, nyawanya tak tertolong.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un,” ujar Shodiq lirih. “Sungguh, kehilangan yang amat dalam bagi kami semua.”

Ustad Muiz meninggalkan seorang istri, Mariah Ulfa, alumni tahfidz Cukir, serta tiga anak: Nizmar (20), Isaurah Saidatul Umah (17), dan Aerlyn Belvanis Cinta Kirana (12). Dengan wafatnya beliau, lengkap sudah keluarga Qurani itu berpulang ke rahmatullah.

“Semoga amal baik Cak Muiz diterima, segala khilaf diampuni, dan ilmunya menjadi jariyah yang terus mengalir,” tutup Shodiq Syarif penuh haru.

Oleh: Shodiq Syarif

banner 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *