TROBOS.CO – Lumajang. Dakwah Islam di Kabupaten Lumajang sudah berkembang sejak akhir abad ke-18. Salah satu jejak sejarah yang masih bisa dilihat hingga kini adalah Masjid Baiturrahman di Dusun Munder, Desa Tukum.
Masjid ini didirikan oleh Kyai Sukhaemi, ulama besar asal Trenggalek yang kemudian menetap di Lumajang. Beliau membangun pesantren sekaligus masjid yang kini menjadi salah satu masjid tertua di Lumajang.
Jejak Kyai Sukhaemi dan Pesantren Munder

Kyai Sukhaemi dikenal sebagai pengasuh pesantren di Dusun Munder. Pesantren yang dipimpinnya kala itu cukup maju dengan banyak santri dari berbagai daerah. Namun, kini pesantren tersebut sudah tidak lagi ada.
Menurut salah satu ahli waris, Bapak Mustofa (70 tahun), masjid itu awalnya dilengkapi dengan kamar kecil di sisi utara. Namun, bangunan tambahan tersebut kemudian dibongkar. Hingga kini, yang masih tersisa adalah kentongan tua serta bentuk arsitektur khas masjid.
Keunikan Masjid Baiturrahman
Masjid Baiturrahman berdiri kokoh dengan arsitektur atap sembilan kubah limas, menjadikannya berbeda dari masjid lain di Lumajang. Bangunan ini pernah direnovasi sebelum kemerdekaan, yakni sekitar tahun 1923 dan 1933, namun struktur aslinya tetap dipertahankan.
Masjid tersebut mulanya tidak memiliki nama. Baru pada generasi berikutnya, sekitar tahun 1819, masjid itu diberi nama Baiturrahman, sebagai penanda perjuangan dakwah Kyai Sukhaemi di Lumajang.
Regenerasi Pengelolaan Masjid
Pengelolaan masjid ini terus mengalami regenerasi. Setelah wafatnya Kyai Sukhaemi, pengelolaan diteruskan oleh Kyai Salim, kemudian Kyai Mursyid, dan dilanjutkan oleh Kyai Suja’.
Kini, masjid tidak lagi dikelola ahli waris, melainkan sudah diwakafkan kepada masyarakat. Seluruh amanah pengelolaan kini berada di tangan takmir masjid.
Warisan Dakwah yang Hidup Hingga Kini
Hingga hari ini, Masjid Baiturrahman bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga saksi sejarah penyebaran Islam di Lumajang. Bangunan berusia lebih dari dua abad itu menjadi bukti perjuangan Kyai Sukhaemi dalam menanamkan nilai-nilai Islam dan membangun peradaban masyarakat melalui dakwah.
Nugroho Dwi Atmoko/TROBOS.CO