TROBOS.CO – Semasa kecil, penulis kerap membaca karya-karya monumental Buya Hamka. Dari 113 judul buku yang beliau hasilkan, hanya sebagian yang sempat dituntaskan. Namun setiap karya Hamka selalu menyentuh jiwa, penuh hikmah, dengan bahasa yang luas, dalam, dan enak dibaca.
Salah satu karyanya berjudul Pribadi Hebat. Buku ini membahas arti kepribadian serta unsur-unsur pembentuknya secara detail, rasional, dan argumentatif. Awalnya buku tersebut berjudul Pribadi, namun setelah dicetak ulang diubah menjadi Pribadi Hebat.
Selain itu, Hamka juga menulis karya legendaris seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Ayah, Falsafah Hidup, Tasawuf Modern, Terusir, Dari Hati ke Hati, Akhlakul Karimah, Negara dalam Perspektif Islam, Sejarah Umat Islam, hingga karya monumentalnya Tafsir Al Azhar.
Menyelesaikan Tafsir Al Azhar di Penjara
Khusus Tafsir Al Azhar, proses penyusunannya sangat menarik. Hamka menyelesaikan sebagian besar tafsir tersebut saat dirinya dipenjara pada masa Orde Lama akibat fitnah politik. Dari total 30 juz, sebanyak 27 juz ditulis di penjara, sedangkan 3 juz terakhir diselesaikan di rumah.
Alih-alih larut dalam rasa sakit hati, Hamka menjadikan ujian tersebut sebagai momentum berkarya. Setiap kali membaca Tafsir Al Azhar, seolah kita mendengar langsung nasihat beliau tentang kehidupan.
Tidak Tamat SD, Raih Gelar Doktor dan Profesor
Yang mengejutkan, Buya Hamka tidak pernah menamatkan pendidikan formal tingkat SD. Ia hanya belajar hingga kelas 3 SD, lalu berhenti dan dididik langsung oleh ayahnya, ulama besar Abdul Karim Amrullah.
Kecerdasan dan ketekunannya membuat Hamka menonjol. Ia berkembang menjadi sastrawan, budayawan, wartawan, dosen, dan ulama. Hamka pernah menjadi Pemimpin Redaksi majalah Panji Masyarakat, aktif di Muhammadiyah, hingga terjun ke dunia politik melalui Partai Masyumi.
Atas karya dan kontribusinya, Hamka mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Mesir dan Universitas Kebangsaan Malaysia. Universitas Moestopo juga mengukuhkannya sebagai Guru Besar.
Ulama, Pemikir, dan Pahlawan Nasional
Hamka adalah tokoh serba bisa: ulama, filsuf, sastrawan, sekaligus pejuang kemerdekaan. Ia dikenal sebagai pembaharu Islam yang moderat dan berpengaruh, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Malaysia dan Timur Tengah.
Hamka pernah dipercaya sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama. Namanya kini diabadikan pada Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) di Jakarta.
Atas jasa dan kiprahnya, Buya Hamka dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Sosok yang pernah difitnah menjual bangsa justru dikenang sebagai ulama besar, cendekiawan, dan pejuang yang menginspirasi lintas generasi. (*) (Suharyo/Trobos.co)