Abdul Muiz Nawawi: Qori dan Hafidz Al-Qur’an Asal Lumajang, Lahir dari Keluarga Qur’ani

TROBOS.CO, Jember – Menjadi pecinta seni baca Al-Qur’an tidaklah mudah. Selain membutuhkan bakat dan gen dari kedua orang tua, juga diperlukan ketekunan serta keseriusan dalam belajar tilawah.

Hal itulah yang dialami oleh Abdul Muiz Nawawi, seorang qori sekaligus hafidz Al-Qur’an.

banner 336x280

Pria kelahiran 10 April 1967 di Kampung Merican, Kelurahan Rogotrunan, Lumajang ini sejak kecil sudah identik dengan keluarga pecinta Al-Qur’an. Ayahnya, Nawawi Abdul Qodir, dikenal sebagai guru tilawah Al-Qur’an di Lumajang. Tiga kakaknya juga mewarisi bakat yang sama.

Salah satu yang menonjol adalah Faidatul Widad (Wiwik), kakak perempuannya, yang kerap menjuarai berbagai ajang MTQ. Bahkan beberapa keponakannya, seperti Millah Kurnia dan Uus Hafid Nawawi, juga berprestasi di bidang hafalan Al-Qur’an serta mengasuh pesantren di Lumajang dan Malang.

Bersama ustad Abdul Muiz Nawawi di arena MTQ Jatim di Jember 2025

Masa Kecil dan Pendidikan

Sejak anak-anak, bungsu dari empat bersaudara ini sudah terbiasa mengikuti lomba seni baca Al-Qur’an.
“Tahun 1973 saya sudah diikutkan lomba seni baca Al-Qur’an khusus anak-anak pegawai Depag,” kenangnya.

Sang ayah yang merupakan pegawai Kandepag sekaligus pembina tilawah di Lumajang, selalu mendorong anaknya untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan. Meski di masa remajanya belum pernah menjadi juara MTQ, orang tuanya melihat potensi besar pada diri Muiz.

Setelah lulus dari MAN (Madrasah Aliyah Negeri), kedua orang tuanya memasukkan Muiz ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, pesantren legendaris milik KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Di sana, Muiz mulai serius mendalami seni qiroah karena banyak bertemu para jawara tilawah.

Selain itu, ia juga belajar menghafal Al-Qur’an di Madrasah Qur’an asuhan KH Yusuf Masyhar, kerabat KH Hasyim Asy’ari sekaligus sahabat ayahnya. KH Yusuf memberikan perhatian khusus kepada Muiz karena hubungan erat dengan keluarganya.

Perjalanan Akademik dan Prestasi

Di Tebuireng, Muiz tidak hanya fokus menghafal Al-Qur’an, tetapi juga menempuh pendidikan formal di Institut Keislaman Hasyim Asy’ari (Ikaha), yang kini menjadi Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy). Ia berhasil meraih gelar Sarjana Qur’an (SQ) terlebih dahulu, lalu menyelesaikan studi Sarjana Syariah (S.Ag).

Sejak 1987, ia aktif mengikuti berbagai ajang MTQ maupun MHQ, baik tingkat lokal maupun nasional. Beberapa prestasinya antara lain:

  • Juara 1 golongan remaja MTQ Jawa Timur (1983)

  • Juara murottal 5 juz tilawah nasional di Jambi (1997)

  • STQ Nasional Denpasar (1998)

  • Juara 1 tilawah dewasa (1999)

  • Juara MTQ Nasional Pegawai Korpri (2002)

  • Peserta MTQ Nasional di Palu (2000)

  • Juara 1 cabang Qiroah Sab’ah di Sumenep

Kini, setelah malang melintang di dunia tilawah, ayah tiga anak ini dipercaya menjadi anggota dewan hakim MTQ Provinsi Jawa Timur.

Keluarga

Abdul Muiz menikah dengan Mariya Ulfa pada tahun 2003, seorang alumni Pondok Cukir, Jombang. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai tiga anak:

  1. Achmad Nizmar (20 tahun)

  2. Isaura Saidatul Umah (17 tahun)

  3. Aerlynn Belvanis Cinta Kirana (12 tahun)

Dengan latar belakang keluarga Qur’ani dan perjalanan panjangnya, Abdul Muiz Nawawi kini menjadi sosok inspiratif dalam pengembangan seni baca Al-Qur’an di Indonesia.

(Sodik Syarif/TROBOS.CO)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *