Strategi Pendidikan di Era Artificial Intelligence: Pembelajaran Personal, Penguasaan, dan Pengalaman

trobos.co – Apa yang bisa dilakukan untuk membawa pendidikan ke tingkat lebih canggih di era artificial intelligence (AI)? Bagaimana membuat proses belajar lebih praktis sekaligus menyenangkan?

Kuncinya ada pada tiga pendekatan: pembelajaran personal, berbasis pengalaman, dan berbasis penguasaan.

banner 336x280

Pembelajaran Personal

‘Pembelajaran berbasis personal’ mengacu pada program, pengalaman belajar, pendekatan pengajaran, dan strategi yang disesuaikan dengan preferensi, minat, aspirasi, kelemahan, kelebihan, atau latar belakang budaya siswa.

Hasilnya, setiap individu mendapat pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan dirinya dan mampu memaksimalkan potensi dari setiap kelas.

Penelitian Bill & Melinda Gates Foundation menemukan bahwa siswa di sekolah yang menerapkan strategi pembelajaran personal menunjukkan kemajuan akademik lebih besar.

Selain itu, riset neurologi juga menegaskan bahwa pengalaman belajar yang dipersonalisasi dapat memengaruhi cara otak menerima informasi secara positif, bahkan memberi pemahaman baru tentang bagaimana pembelajaran bekerja pada tingkat sinaps saraf.

Model ini tentu menuntut kurikulum yang fleksibel, cair, dan non-linear. Guru juga harus terampil menguasai banyak keahlian, mampu mendampingi siswa secara personal, dan cakap berkomunikasi. Bahkan, siswa diperbolehkan memilih guru sesuai kebutuhan, minat, hingga kecocokan emosional.

Pembelajaran Berbasis Penguasaan

Model ini didasarkan pada ide sederhana: untuk mata pelajaran kumulatif seperti Matematika, pemahaman siswa harus terus berkembang setelah menguasai konsep sebelumnya.

Dengan demikian, siswa tidak harus meraih nilai 100 atau A untuk dianggap brilian. Nilai C atau 60 pun tetap bermakna, selama ada kemajuan nyata.

Sebab, nilai di rapor tidak selalu mencerminkan penguasaan materi. Ada siswa yang mendapat nilai 60 karena benar-benar menguasai sebagian materi, namun ada pula yang mendapat nilai 100 hanya karena jago menghafal atau menebak soal.

Dalam jangka panjang, pemahaman yang mendalam jauh lebih penting dibanding sekadar angka.

Pembelajaran Berbasis Pengalaman

Konsep ini lahir dari prinsip learning by doing. Belajar melalui pengalaman langsung sangat berbeda dari sekadar mendengarkan ceramah.

Otak manusia lebih menyukai pengalaman nyata, karena melibatkan banyak indera, membangun keterampilan sosial-emosional, memperkuat daya ingat, menumbuhkan pemikiran kritis, serta relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Di sini, guru berperan memberi tantangan, memfasilitasi pengalaman, dan mendorong siswa melakukan refleksi.
Tentu, cara ini tidak mudah. Biayanya besar, butuh guru yang inspiratif, serta menuntut kreativitas tinggi. Namun, inilah arah pendidikan masa depan.

Pendidikan di Era AI

Perkembangan teknologi, khususnya artificial intelligence, menuntut generasi masa depan untuk lebih personal, terampil dalam bidang tertentu, dan kaya pengalaman nyata.

Meski penuh tantangan, arah pendidikan harus diarahkan ke sana—agar tidak hanya relevan dengan dunia kerja, tetapi juga mampu mencetak generasi yang adaptif, kritis, dan berdaya saing.

Penulis: Teguh Wahyu Utomo
(Penerjemah dan penulis buku, tinggal di Surabaya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *