Budi Luhur: Kunci Sukses dalam Berinteraksi dengan Orang Lain

trobos.co – Tipe dan sikap manusia sangat beragam. Ada yang halus dan menyenangkan, namun ada pula yang kasar dalam ucapan maupun perilakunya.

Anehnya, meski sering menyinggung dan melukai perasaan orang lain, sebagian dari mereka justru merasa bangga dengan sikapnya. Padahal, kenyataannya dunia lebih berpihak kepada orang-orang yang berakhlak santun dan penuh kelembutan.

banner 336x280

Orang yang berperilaku kasar cenderung dijauhi, memiliki banyak musuh, dan kehadirannya tidak diinginkan. Sebaliknya, mereka yang berbudi luhur selalu dirindukan, disegani, dan menjadi pusat perhatian. Saat berbicara, kata-katanya didengarkan, dan kehadirannya selalu melengkapi suasana.

Sementara itu, ada orang yang dalam interaksi justru kerap “menyemprot” orang lain dengan kata-kata kasar dan tidak bermanfaat. Lalu, bagaimana sebaiknya kita bersikap?

Tiga Sikap dalam Menghadapi Perlakuan Orang Lain

  1. Membalas keburukan dengan keburukan.
    Ini hanya menjadikan kita sama buruknya. Apa gunanya pendidikan tinggi bila sikap sehari-hari justru merendahkan martabat diri sendiri?

  2. Membalas kebaikan dengan kebaikan.
    Sikap ini wajar, namun bukan sesuatu yang istimewa. Ini hal lumrah yang sudah menjadi kebiasaan umum.

  3. Membalas keburukan dengan kebaikan.
    Inilah sikap yang benar-benar mencerminkan pribadi berbudi luhur. Orang yang mampu menahan amarah dan tetap bersikap santun menunjukkan akhlak yang agung.

Teladan dari Rasulullah SAW

Rasulullah SAW berhasil dalam dakwahnya bukan karena kekuasaan atau harta, melainkan karena akhlaknya yang luhur: santun, penuh kelembutan, dan memuliakan sesama.

Beliau pernah ditimpuki kotoran unta saat sujud hingga sulit bangun, namun tidak membalasnya. Bahkan ketika ada seorang pemuda meludahi beliau selama tiga hari berturut-turut, Rasulullah tetap bersabar. Pada hari keempat, ketika pemuda itu sakit dan tidak datang, Nabi justru menjenguknya, membawakan makanan, serta mendoakan kesembuhannya.

Inilah teladan agung. Karena akhlaknya yang mulia, dakwah Islam berkembang pesat, mengubah dunia dari kegelapan menuju cahaya.

Bahkan seorang penulis non-Muslim, Michael H. Hart, menempatkan Nabi Muhammad SAW di urutan pertama dalam bukunya The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, sebagai sosok paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia.

Sejarah membuktikan, akhlak mulia mampu mengubah dunia. Itulah kekuatan budi luhur.

*). Oleh : Suharyo AP Penulis, pemerhati masalah sepele

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *