Psikologi Massa: Fenomena Unik di Tengah Bangsa

Trobos.co – Pernahkah Anda bertanya, mengapa kini banyak muncul BuzzeRp dan InfluenceRp?
Mengapa orang-orang yang berbicara asal bunyi bahkan menyebarkan dusta, justru berulang-ulang diperdengarkan hingga dipercaya?
Mengapa politisi rajin melontarkan istilah gimmick semisal “revolusi mental” atau “oke gas”?
Dan sebaliknya, mengapa orang-orang yang mengusung idealisme, nilai-nilai luhur, serta mengajak berpikir cerdas justru tidak laku?

Fenomena ini sesungguhnya tidak lepas dari prinsip-prinsip psikologi massa yang dijelaskan oleh Dr. Gustave Le Bon dalam karyanya Psychologie des Foules (1895).

banner 336x280

Buku yang menjadi bacaan favorit Adolf Hitler, Benito Mussolini, hingga Joseph Goebbels ini hingga kini tetap relevan. Prinsip-prinsipnya masih dipakai untuk memahami sekaligus mengendalikan perilaku massa, baik di negara otoritarian, quasi-democracy, maupun yang mengaku demokrasi tulen.

Tujuh Prinsip Psikologi Massa Menurut Le Bon

🔴 Prinsip 1: Kerumunan Mengikuti Emosi, Bukan Logika
Dalam kerumunan, emosi lebih dominan dibanding logika. Rasa takut, marah, atau euforia bisa menyingkirkan fakta. Inilah sebabnya provokasi emosional sangat efektif untuk mengendalikan massa.

🔴 Prinsip 2: Pengulangan Menjadikan Keyakinan
Sebuah gagasan yang terus diulang meski tanpa bukti, lama-lama dipercaya. Slogan politik pendek, sederhana, dan terus digaungkan akan lebih membekas daripada uraian panjang yang masuk akal.

🔴 Prinsip 3: Simbol Visual Lebih Kuat daripada Kata-Kata
Simbol sederhana, jelas, dan mudah dikenali lebih berpengaruh ketimbang narasi kompleks. Sejarah menunjukkan swastika Nazi, sementara kini berupa nomor urut, logo, atau warna partai.

🔴 Prinsip 4: Prestise Menumpulkan Pikiran Kritis
Figur atau lembaga yang dianggap bergengsi membuat publik menerima tanpa analisis. Banyak pakar atau tokoh digiring tampil untuk menguatkan narasi kekuasaan.

🔴 Prinsip 5: Pemimpin Membentuk Kehendak Massa
Massa mudah diarahkan oleh figur karismatik, bukan oleh yang paling cerdas. Pemimpin sukses adalah yang mampu menyentuh emosi kolektif.

🔴 Prinsip 6: Massa Menyukai Kejelasan Mutlak
Jawaban sederhana lebih laku daripada analisis rumit. Solusi ekstrem lebih mudah diterima meskipun mustahil diwujudkan.

🔴 Prinsip 7: Massa Memilih Ilusi Nyaman daripada Kebenaran
Janji palsu sering lebih laris daripada solusi nyata. Fakta pahit diabaikan, sementara narasi yang “indah didengar” justru disukai.

Relevansi Hingga Kini

Prinsip manipulasi massa yang dikemukakan Le Bon tetap hidup hingga hari ini. Emosi, pengulangan, simbol, prestise, figur pemimpin, kejelasan ekstrem, serta ilusi nyaman masih menjadi senjata utama memengaruhi publik.

Al-Qur’an sendiri berulang kali menggambarkan mayoritas manusia (aktsarun-nas) sebagai:

  • tidak mengetahui (لَا يَعْلَمُونَ),

  • tidak bersyukur (لَا يَشْكُرُونَ),

  • tidak beriman (لَا يُؤْمِنُونَ),

  • kafir (كَافِرُونَ),

  • fasiq (فَاسِقُونَ),

  • bodoh (يَجْهَلُونَ),

  • membenci kebenaran (كارهون للحق).

Demikian catatan singkat ini. Semoga bermanfaat.

Oleh: Arsyad Syahrial, Penulis tinggal di Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *