Setiap manusia sejatinya memiliki keinginan untuk menjadi orang baik. Namun, tak jarang keinginan itu terasa jauh panggang dari api. Meski telah berhati-hati, adakalanya langkah kita masih tergelincir dari rel kebenaran.
Namun, janganlah berputus asa. Jiwa manusia dapat diasah dan dibentuk. Jiwa yang semula keruh bisa diubah menjadi jernih. Inilah pribadi yang, seperti diulas dalam buku “Manusia Berjiwa Malaikat”, memiliki jiwa yang tenang, teduh, dan imannya senantiasa bertumbuh.
Seperti Apa Sosoknya?
Manusia berjiwa malaikat adalah mereka yang ibadahnya istiqomah, sikapnya tawaduk, dan amal salehnya mengalir deras tanpa pamrih. Jiwanya begitu lembut hingga ia selalu rindu untuk menebar kebaikan. Saat bertemu sesama, lisannya tak henti saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Saat tak bersua, ia akan mencari, persis seperti Rasulullah SAW yang akan langsung mencari sahabatnya jika tak terlihat selama dua hari.
Kebaikan berlevel malaikat ini tidak terikat pada profesi atau status sosial. Ia bisa menjelma dalam berbagai peran di sekitar kita.
Ia bisa jadi seorang prajurit TNI yang siang dan malam menjaga kedaulatan bangsa, atau seorang anggota Polri yang memastikan rakyatnya tidur nyenyak, aman dari segala tindak kriminal.
Ia mungkin seorang tenaga medis yang sigap menembus gelapnya malam dan jalan setapak hanya untuk membantu seorang ibu yang akan melahirkan. Atau seorang guru yang dengan ikhlas menularkan ilmunya agar anak didiknya mengenal Tuhan dan menjadi pribadi yang agamis.
Bahkan, ia adalah seorang guru ngaji di surau kecil yang tulus mengenalkan huruf Alif, Ba, Ta, hingga muridnya fasih membaca Al-Qur’an, meski tanpa bayaran. Ia pun bisa jadi seorang pemulung yang diam-diam menyelamatkan lingkungan dari tumpukan sampah yang membusuk.
Dalam lingkup terdekat, jiwa malaikat itu hadir pada sosok ibu rumah tangga yang tanpa lelah merawat dan membimbing anak-anaknya ke jalan yang benar. Atau pada seorang kepala rumah tangga yang membanting tulang, memeras keringat demi menafkahi keluarganya.
Ia adalah suami yang merawat istrinya yang sakit menahun dengan kesabaran tak bertepi, atau istri yang tanpa malu mendorong kursi roda suaminya yang stroke untuk berolahraga dan tetap hadir di majelis taklim. Dan tentu saja, ia adalah seorang anak yang mengabdikan seluruh jiwa raganya untuk merawat orang tua yang telah membesarkannya.
Mereka semua adalah gambaran dari jiwa yang bersih, terjaga, dan selalu merindukan kebenaran. Merekalah manusia-manusia berjiwa malaikat yang berjalan di muka bumi.