NU dan Muhammadiyah Sependapat: Jenderal Besar H. M. Soeharto Layak Jadi Pahlawan Nasional

TROBOS.CO | Menilai sejarah dengan jernih adalah wujud kedewasaan bangsa. Nama Jenderal Besar H. M. Soeharto kini kembali mengemuka setelah munculnya usulan agar beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Dalam dinamika tersebut, dua ormas Islam terbesar di Indonesia — Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah — sama-sama menunjukkan penghargaan atas jasa besar almarhum terhadap bangsa dan umat.

banner 1280x716

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Muhadjir Effendy, menyatakan secara terbuka bahwa Muhammadiyah mendukung penuh pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Pak Harto.

“Kita tidak bisa menafikan jasa beliau terhadap bangsa ini. Beliau telah membawa Indonesia melewati masa-masa sulit,” — ujar Muhadjir Effendy (Detik News, November 2025).

Sementara dari kalangan Nahdlatul Ulama, Ketua PBNU Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur), juga menegaskan bahwa PBNU mendukung usulan tersebut.

“Tidak ada manusia yang sempurna. Tapi jasa besar Pak Harto terhadap bangsa ini harus diakui. Banyak pembangunan dan program keumatan yang lahir di masa beliau,” — tegas Gus Fahrur (Hidayatullah.com, 7 November 2025).

Kedua pandangan ini menunjukkan bahwa baik NU maupun Muhammadiyah menilai Pak Harto bukan semata tokoh politik, tetapi juga pemimpin yang berjasa besar dalam pembangunan umat dan bangsa.

Salah satu bukti nyata kecintaan Pak Harto terhadap dunia pesantren adalah kehadirannya pada tahun 1996 dalam Musyawarah Kerja Nasional ke-V Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jawa Timur.

Kehadiran tersebut menjadi momen penting — simbol cinta dan hormat Pak Harto kepada para kiai dan santri. Ia hadir bukan sekadar sebagai kepala negara, melainkan sebagai pemimpin yang memahami pentingnya peran pesantren dalam membentuk karakter bangsa.

Dalam kesempatan itu, Pak Harto menegaskan bahwa pembangunan nasional tidak akan bermakna tanpa kekuatan moral dan spiritual dari umat Islam.

Selain kedekatan dengan pesantren, Soeharto juga dikenal melalui program pembangunan 999 masjid di seluruh Indonesia — sebuah wujud nyata dukungannya terhadap syiar Islam.

Salah satu masjid dari program tersebut berdiri di Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bondowoso, yang hingga kini menjadi saksi kepedulian Pak Harto terhadap penguatan lembaga keagamaan dan pendidikan Islam.

Bagi kalangan NU, Pak Harto dikenang sebagai presiden yang memberikan ruang bagi pertumbuhan pesantren dan menjaga stabilitas sosial yang memungkinkan dakwah berkembang dengan tenang.

Sedangkan bagi Muhammadiyah, kepemimpinan Pak Harto telah menciptakan kondisi kondusif bagi tumbuhnya pendidikan, rumah sakit, dan amal usaha Islam di berbagai daerah.

Kini, di bawah kepemimpinan Presiden Republik Indonesia ke-8, Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto, sudah selayaknya bangsa ini memberikan penghargaan tertinggi bagi Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.

Penghargaan ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada masa lalu, tetapi juga teladan bagi generasi penerus bahwa kepemimpinan sejati lahir dari pengabdian, kecintaan kepada rakyat, dan penghormatan kepada ulama.

Akhirnya, mari kita panjatkan doa untuk almarhum Jenderal Besar H. M. Soeharto:
Semoga segala amal kebaikannya diterima oleh Allah SWT, dilapangkan dan diterangi kuburnya, serta diampuni segala khilaf dan kesalahannya selama hidup di dunia.

Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT dan dikenang sebagai salah satu putra terbaik bangsa yang berjasa bagi agama, rakyat, dan negara.

Penulis: Muhammad Khoirul Anam, S.H.
Lumajang, Jawa Timur

banner 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *