TROBOS.CO – KAIRO | Ramai diperbincangkan di media sosial, kisah putri seorang politikus Indonesia yang akhirnya berhasil berangkat kuliah ke Harvard University, setelah sebelumnya terhambat masalah visa akibat kebijakan Amerika yang makin ketat terhadap mahasiswa asing, menjadi inspirasi banyak orang.
Warganet memberikan apresiasi atas kegigihan dan ketabahannya memperjuangkan impian. Namun, di balik pencapaian itu, ada kisah perjuangan yang tak mudah — terutama sebagai seorang ibu yang harus membagi peran antara keluarga dan pendidikan.
Sebagai ibu baru yang membawa serta bayinya ke negeri asing, tantangan kuliah di Amerika tentu bukan hal ringan.
Di tengah meningkatnya sentimen Islamofobia dan sikap penolakan terhadap hal-hal berbau pro-Palestina, perjuangan itu menjadi semakin berat.
Bagi perempuan, menjalankan peran ganda sebagai istri, ibu, dan mahasiswa pascasarjana adalah perjuangan besar. Banyak kisah inspiratif datang dari mereka yang tak menyerah di tengah ujian kehidupan.
“Di saat banyak tugas, anak tiba-tiba sakit, atau apartemen mengalami kebocoran — semua harus dihadapi dengan kesabaran luar biasa,” tulis Uttiek, kontributor TROBOS.CO dari Kairo.
Dalam tulisannya, Uttiek menceritakan pengalamannya bersama teman-teman sesama pelajar internasional.
Salah satunya berasal dari Afghanistan, yang anak laki-lakinya sempat ditahan 24 jam di bandara saat hendak berlibur ke Mesir.
“Peristiwa itu terjadi sehari menjelang ujian. Tak tega rasanya melihatnya menangis di depan dosen menceritakan kejadian yang harus dialaminya,” ungkapnya.
Urusan domestik sering kali menempatkan perempuan pada posisi dilematis sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi.
Namun bagi mereka, semangat menuntut ilmu dan peran sebagai ibu bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dua sayap perjuangan yang saling melengkapi.
Barat sering menggembar-gemborkan isu kesetaraan gender sebagai perjuangan modern. Padahal, dalam Islam, kemuliaan dan hak perempuan untuk berilmu sudah diakui sejak 15 abad lalu.
Sejarah mencatat banyak Muslimah hebat yang berperan besar dalam dunia keilmuan dan tetap menjalankan perannya sebagai istri serta ibu.
Sebut saja Uns binti Abdul Karim, istri dari ulama besar Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Ia adalah ulama perempuan yang ahli dalam ilmu hadis dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak penuntut ilmu.
Ada pula Fathimah binti Muhammad as-Samarqandi, istri dari Syeikh Alauddin al-Kasani, yang dikenal sebagai ahli fikih mumpuni. Fatwa-fatwa yang keluar dari rumahnya bahkan ditandatangani bersama oleh ayah, dirinya, dan suaminya — sebuah simbol kehormatan ilmu dan kesetaraan sejati.
Untuk semua perempuan yang tengah berjuang di medan jihadnya masing-masing — di rumah, di kampus, di tempat kerja, atau di mana pun berada — tulisan ini adalah penghormatan atas keteguhanmu.
Barakallahu lakunna. 💐
Semoga Allah senantiasa memberkahi langkah-langkahmu dan menjadikan perjuanganmu bagian dari amal saleh yang berlipat pahala.
Kairo, 3 November 2025
Kontributor: Uttiek
Follow: Instagram @uttiek.herlambang | Facebook @uttiek_mpanjiastuti
Editor: Redaksi TROBOS.CO







