TROBOS.CO – LUMAJANG | Batik Darussalam merupakan salah satu produk unggulan yang dirintis oleh Bainatursida, jamaah Masjid Darussalam, Wotgalih, Yosowilangun, Lumajang. Usaha batik ini berdiri sejak tahun 2015, dan kini telah bertahan selama satu dekade di tengah tantangan menurunnya permintaan pasar.
Pada awal berdirinya, terdapat tujuh pengrajin batik yang terdiri dari pewarna dan pencanting. Dalam sebulan, mereka mampu memproduksi hingga 30–50 lembar batik. Motif yang dikembangkan pun beragam, seperti buah naga, enceng gondok, dan semangka. “Kami lebih banyak membuat motif semangka karena warga di desa kami banyak yang menanam semangka,” tutur Bainatursida kepada TROBOS.CO di kediamannya.
Untuk memperkenalkan karyanya, Bainatursida aktif mengikuti berbagai pameran batik yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, maupun Dinas Perindustrian. Selain itu, ia juga kerap mengikuti pelatihan peningkatan kualitas produksi dari berbagai instansi, termasuk Koperasi dan Dinas Perdagangan.
Dari kegiatan tersebut, Batik Darussalam semakin dikenal masyarakat luas. Bahkan, beberapa kantor dinas pemerintah sempat menjadi pelanggan tetap. “Alhamdulillah, dulu pesanan dari kantor-kantor dinas cukup banyak karena kami aktif ikut pameran dan pelatihan,” kenang Bainatursida.
Namun, setelah sepuluh tahun berjalan, Bainatursida mengakui kini jumlah pengrajin menyusut menjadi lima orang — dua pewarna dan tiga pencanting. Pemesanan batik dari instansi pemerintah juga semakin jarang.
Meski demikian, semangatnya tak surut. “Kami tetap bertahan memproduksi karena batik kami masih tetap laku, meski tidak sebanyak dulu,” ujarnya optimis. Ia pun tetap rutin mengikuti pameran. Bahkan, pada peringatan Hari Batik Nasional, Batik Darussalam berhasil meraih Juara Favorit dalam ajang pameran batik.
Di sela kesibukannya, Bainatursida juga membuka diri untuk kolaborasi dengan mahasiswa. Ia menjadi mitra kegiatan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) dari ITB Widyagama Lumajang, program Kemenristekdikti yang bertujuan mengenalkan mahasiswa pada dunia usaha.
Salah satu peserta, Fadilatul Ilmiyah, menjelaskan alasan memilih Batik Darussalam karena dinilai memiliki potensi besar untuk berkembang. “Motifnya bagus dan menarik. Kami belajar banyak dari proses produksi di sini,” ujarnya.
Sementara Ketua PPK Ormawa, Nanda Eka Bahrian, menuturkan bahwa pengalaman empat bulan di Batik Darussalam sangat berkesan. “Kami dilayani dengan sangat baik, suasananya nyaman, dan kami banyak belajar hal baru,” kenangnya.
Dengan semangat pantang menyerah, Bainatursida terus mengembangkan Batik Darussalam sebagai warisan budaya dan sumber penghidupan lokal di tengah tantangan zaman.
Zainal Abidin/TROBOS.CO









