Ikhlas: Kunci Menemukan Ketenangan dan Kedamaian Hati

TROBOS.CO – Ikhlas bukan sekadar kata, melainkan laku hidup yang dalam. Ia menjadi kunci untuk menemukan ketenangan, kedamaian, dan kelapangan hati di tengah berbagai ujian kehidupan. Dua kisah sederhana berikut memberikan pelajaran berharga tentang makna ikhlas yang sesungguhnya.

Kisah Penjual Kerupuk Buta

Ada seorang kakek buta yang setiap hari berjualan kerupuk. Para pembeli mengambil sendiri dagangannya dan meletakkan uang di wadah kecil di depannya. Jika perlu uang kembalian, mereka pun mengambilnya sendiri.
Meski begitu, sang kakek tak pernah merasa khawatir atau curiga. Ia tidak peduli apakah pembeli berbuat jujur atau curang.

Suatu hari, seorang anak muda penasaran dan bertanya,

“Kek, bagaimana kalau pembelinya curang?”
“Curang bagaimana, Nak?” tanya sang kakek tenang.
“Ya, misalnya ambil kerupuk tapi bayarnya sedikit, atau mengambil kembalian lebih.”
“Oh begitu. Ya tidak apa-apa, Nak. Rezeki sudah ada yang mengatur. Kalau ada yang kurang, berarti memang bukan rezeki saya,” jawabnya datar.

Anak muda itu terdiam. Jawaban sederhana itu menampar logika dan menggugah hati. Dari ucapan sang kakek, tersirat makna mendalam: bahwa rezeki tak akan pernah tertukar, dan ikhlas membuat hidup lebih ringan dijalani.

Di Balik Hilangnya Kates

Ada pula kisah lain tentang keikhlasan.
Seorang kakek duduk termenung di halaman rumahnya pada suatu pagi. Istrinya yang melihat gelagat itu menegur,

“Sudahlah, Kek. Ikhlaskan saja. Hanya kates (pepaya) yang hilang, kok dipikir terlalu dalam.”
Sang kakek tersenyum dan menjawab pelan,
“Saya bukan memikirkan pepayanya yang hilang, Nek. Saya justru memikirkan betapa susahnya orang yang mencurinya. Kalau saya tahu dia akan mencuri, tentu saya siapkan tangga agar lebih mudah mengambilnya.”

Begitulah, orang yang benar-benar ikhlas tak memandang kehilangan sebagai musibah, melainkan kesempatan untuk memahami dan memaafkan.

Ikhlas Itu Hebat

Ikhlas adalah kekuatan yang mampu menembus kebuntuan pikiran dan beban batin.
Orang ikhlas tak menuntut balasan, tak menyimpan dendam, dan tak mencari pengakuan.

Orang ikhlas itu seperti meludah — tak pernah mencari ke mana ludahnya jatuh.
Seperti buang air besar, semakin banyak yang dikeluarkan, semakin lega rasanya.
Seperti seorang ibu yang melahirkan, menanggung sakit luar biasa, bahkan nyawa jadi taruhan, namun semua terbayar lunas ketika mendengar tangis bayinya.
Dan seperti emas 24 karat, walau digosok keras tetap tak berubah warna. Begitulah hati yang ikhlas — tetap murni meski diguncang berbagai ujian.

Manusia yang ikhlas selalu berserah kepada Allah, Zat Yang Maha Mengatur segala sesuatu dengan adil dan bijaksana. Ia jauh dari keluh kesah, yakin bahwa setiap peristiwa sudah tertulis dalam rencana terbaik-Nya.

Penulis: Suharyo, Pemerhati Masalah Sepele

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *