Kisah Luqman al-Hakim dan Keledai: Hikmah Abadi Tentang Komentar Manusia

TROBOS.CO | Dikisahkan, Luqmān al-Ḥakīm berjalan bersama anaknya sambil membawa seekor keledai. Ia berkata kepada anaknya:
“Naiklah engkau ke atas keledai, wahai anakku.”

Ketika melewati sekelompok orang, mereka berkomentar sinis:
“Lihat anak ini! Durhaka sekali. Dia enak naik, sementara ayahnya dibiarkan berjalan.”

Mendengar itu, anaknya turun, lalu Luqmān yang menaiki keledai.
Namun ketika melewati kaum lain, terdengar suara lain:
“Lihat orang tua ini! Teganya ia naik, sementara anak kecilnya disuruh berjalan.”

Akhirnya keduanya memutuskan untuk naik bersama keledai. Tetapi tetap saja orang-orang berkomentar:
“Betapa buruk! Mereka berdua tidak kasihan pada hewan kecil itu.”

Mereka pun turun dan berjalan bersama. Namun komentar miring tetap terdengar:
“Betapa bodoh! Punya keledai kok malah jalan kaki.”

Luqmān kemudian menasihati anaknya:
“Wahai anakku, ketahuilah: tidak ada jalan untuk selamat dari komentar manusia. Maka ridhalah dengan apa yang diridhai Allah, dan tinggalkan ucapan mereka.”

Hikmah yang Bisa Dipetik

1. Manusia Tidak Akan Pernah Puas

Komentar manusia ibarat ombak: selalu datang silih berganti. Apa pun yang kita lakukan, akan selalu ada yang menilai salah. Karena itu, mencari ridha manusia hanyalah jalan buntu.

Imam asy-Syafi’i berkata:

رضا الناس غاية لا تُدرك
“Ridha manusia adalah tujuan yang mustahil diraih.”

2. Ridha Allah adalah Kompas Hidup

Yang terpenting bukanlah bagaimana manusia menilai, melainkan apa yang Allah lihat dari hati dan amal kita.

Sebagaimana firman Allah ﷻ:

وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي قُلُوبِكُمْ
(“Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati kalian.” – QS. Al-Ahzab: 51)

Maka fokus hidup adalah menjaga niat ikhlas, langkah lurus, dan amal yang diridhai Allah.

3. Kebebasan Jiwa Sejati

Orang yang hidup karena komentar manusia akan selalu terpenjara, sementara orang yang hidup karena ridha Allah akan merasakan kebebasan sejati. Ia tidak lagi terikat cibiran, sebab tahu bahwa komentar manusia hanyalah fatamorgana.

Refleksi untuk Zaman Sekarang

Di era media sosial, komentar netizen bagaikan pasar dalam kisah Luqmān: apa pun yang kita lakukan atau posting, selalu ada yang menilai negatif.

Jika hidup hanya untuk mencari validasi manusia, maka hidupmu akan selalu lelah.
Hiduplah untuk Allah, karena hanya Dia yang benar-benar melihat kejujuran niatmu dan ketulusan usahamu.

Penutup

Kisah Luqmān al-Ḥakīm mengajarkan bahwa dalam perjalanan di “pasar dunia”, jangan biarkan keledai kehidupanmu dikendalikan oleh lidah manusia.

Pegang kendali, arahkan ke jalan Allah.
Karena satu-satunya ridha yang pantas dicari hanyalah ridha Allah ﷻ.

Redaksi/Trobos.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *